Bab I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dasar hidup berlingkar lingkaran dalam
bahasa belanda (concentrische cirkels) yaitu cara suatu kelompok atau komunitas
dengan tujuan tertentu yang tiap masing masing kelompok mempunyai lingkaran
atau sirkle sendiri sendiri yang dapat berpisah, dapat berhubungan dan dapat
bersatu juga menurut perkara dan keadaannya masing - masing yang menjadi
kepentingannya. Misal tentang alam pendidikan yang sudah di kategorikan dalam
kelompok - kelompok tertentu. Dalam teori ini mencangkup pembahasan mmengenai
sistim among yang mewajibkan kepada kita supaya senantiasa mengingat dan
mengakui, bahwa tiap manusia itu mempunyai alam ( levenscirkels ) yang bermacam
– macam dan khak. Persatuan yang mengingat adanya lingkaran – lingkaran ini
niscayalah akan tegak dan kuat berdirinya, karena tersusun runtut menurut kodrat
( harmonis dan natuurlijk ). Dalam teori konsentrisitet ini dijelaskan
bawasannya kita harus peka dan tanggap terhadap soal atau keadan apapun, dimana
dalam teori ini kepentingan persatuan yang diutamakan. Menurut Ki Hajar
Dewantara mengenai Persatuan “ tidak ada persatuan akan berdiri langsung jika
hanya disandarkan atas peraturan “harus bersatu” saja, tidak dengan
mengingat hak diri dan tertib damainya milieu. Persatuan yang disusun asal
bersatu saja nyatalah suatu persatuan yang pada waktu lahirnya sudah mengandung
benih perpecahan, dan kemudian tentu akan merupakan suatu “broze eenheid
met voze kern” yaitu kesatuan yang rapuh dan lapuk sendinya.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan penulisan ini
diharapkan pembaca dapat mengerti dan memahami akan arti dan wujud garis
hidup yang berlingkar lingkaran, agar tercipta tertib damai
1.3 Landasan Teori
Dasar konsentrisitet maksud sistem
“Among” yaitu cara pendidikan yang dipakai dalam Taman Siswa dengan maksud
mewajibkan kepada guru, supaya mengingati dan mementingkan “kodrat alam” anak
murid dengan tidak melupakan segala keadaan yang mengelilinginya. Oleh karena
itu seorang guru harus memberikan tuntunan dan menyokong anak didiknya dalam
mereka tumbuh dan berkembang atas dasar kodratnya sendiri, melenyapkan segala
yang merintangi tumbuh dan berkembangnya dan mendekatkan anak anak pada alam
dan masyarakatnya.
Ki Hajar memberikan gambaran mengenai
sistim “Among” bahwa “ seorang guru haruslah berfikir terhadap murid,
berperasaan dan bersikap sebagai Juru Tani terhadap tanaman dan peliharaannya,
bukannya tanaman ditaklukan oleh kemauan dan keinginan Juru Tani, melainkan
Juru Tani harus menyerahkan dan mengabdikan dirinya pada kesuburan tanamannya
itu. Kesuburun tanamannya inilah yang menjadi kepentingan Juru Tani. Demikian
juga halnya seorang guru terhadap muridnya yang selayaknya patut menerapkan
ajaran yang telah di gambarkan oleh Ki Hajar Dewantara.
Berikut contoh gambaran adanya suatu
lingkaran yang umumnya dapat kita jumpai pada kehidupan sehari hari :
a. Lingkaran Keluarga
Dalam sirkel ini dimana manusia merasa
bersatu dengan anggota - anggota lainnya dalam keluarga (
Ibu,Bapak,kakak,adik,anak ) dalam sirkel inilah manusia memiliki titik pusat
terdekat diantara sirkel - sirkel lainnya.
b. Lingkaran Kebangsaan
Dimana atau dalam alam mana manusia
itu mengalami proses adaptasi dengan orang - orang lain yang sebangsa.
Misalnnya dalam lingkungan Universitas dimana manusia di persatukan dengan
saudara sebangsa dan setanah air, dari sirkel inilah tumbuhnya sirkel
kebangsaan.
c. Lingkaran Kemanusiaan
Pada lingkaran ini manusia lebih besar
memiliki hubungan, tidak hanya dengan satu rumpun bangsa saja melainkan dari
segala penjuru Negara di dunia. Dengan mengingat kodratnya sebagai
seorang manusia ciptaan Tuhan YME, maka timbulah jiwa kemanusiaan akan
hubungan persaudaraan, dari sinilah munculnya sirkel kemanusiaan.
d. Lingkaran Keagamaan
Sebagai contoh kita sedang mejalankan
ibadah di tempat ibadah, di situlah adanya sirkel keagamaan. Contoh lain nya
misal organisasi - organisasi ke Agamaan yang terbentuk atas dasar misi dan
visi dari agama itu. Dan masih banyak lagi sirkel yang ada pada manusia karena
semata - mata kadang manusia tidak menyadari bahwa dirinya sedang berada pada
sebuah sirkel tertentu.
Bab II
PEMBAHASAN
1. Manakah garis garis lingkaran
dari manusia itu ?
2. Bilamana kita menyadari
adanya lingkaran itu ?
3. Manakah yang lebih baik,
mementingkan kepentingan nasional diatas kepentingan keluarga atau
sebaliknya ?
1. Tiap manusia itu berdiri sebagai
titik pusat atau “middelpunt” dari beberapa sirkel di sekelilingnya. Rasa
dirinya selalu memberi keyakinan kepadanya bahwa ia adalah pusatnya alam, yaitu
alamnya sendiri yang di persatukan olehnya dengan dirinya sendiri. Dalam ilmu
jiwa ini di namakan Adaptatie process.
2. Tentang kapan kita menyadari adanya
suatu lingkaran itu, pada umumnya kita pasif, mungkin kita bisa menyadari
dengan sendirinya atau bahkan mungkin diluar kesadaran kita. Sebagai contoh :
Kita berada dalam satu lingkup
sirkel kebangsaan sedang mengadakan musyawarah kemanusiaan, di tengah
musyawarah tiba-tiba datanglah seseorang memberitahukan bahwa salah satu dari
keluarganya meninggal dunia, dari kejadian ini percayalah bahwa ketika itu juga
salah satu dari keluarga korban tersebut minta diri dari rapat karna harus
pulang. Dari gambaran contoh itulah kita dapat mengetahui kapan sirkel itu
muncul yang kadang seseorang tidak menyadarinya, yang awal mula berdiri dalam
suatu lingkaran kebangsaan dengan sendirinya tertarik dalam Lingakaran
Keluarga.
Boleh juga kita dengan sengaja mencari
lingkaran yang tertentu dengan mempersatukan diri dengan alam tertentu, dalam
ilmu jiwa ini dinakamakan “conatief vermogen”, tetapi pada umumnya hal itu
tergantung pada keadaan semata-mata.
3. Seringkali kita bertanya manakah
yang lebih baik, mementingkan kepentingan kenasionalan diatas kepentingan
keluarga atau sebaliknya ??
Tentang hal ini tergantung dari
tabiat atau watak seseorang. Manusia yang mempunyai watak individualistis
tentu tidak akan suka menolong orang lain, sebelum dirinya sendiri benar -
benar tertolong, dan orang semacam ini akan menyalahkan orang lain yang
berbuat sebaliknya. Hanya saja pada umumnya kodrat manusia itu lebih besar
pengaruhnya dari pada pengajaran, atau dalam bahasa belanda “ de natuur is
sterker dan de leer”. Dari keterangan ini manusia itu harus suka dan sangggup
menempatkan masyarakat diatas kepentingan pribadi. Tetapi sesungguhnya semua
itu didasarkan pada geraknya perasaan konsentris pada jiwa manusia.
Bab III
KESIMPULAN
Hendaknya kita sadar dan mengerti
benar bahwa persatuan yang tersusun konsentris akan berbuah baik kalau kita
selalu mengingat akan adanya lingkaran lingkaran hidup yang konsentris yang
masing - masing mempunyai dan membatasi alamnya sendiri - sendiri dan harus
selalu saling menghubungkan alam alam itu dengan tertib dan damai. Persatuan
yang tersusun konsentris niscayalah akan menjadi persatuan yang kekal dan
kokoh, karena semata-mata teratur sintesis harmonis dan menurut kodrat
iradatnya keadaan. Persatuan yang bertitik pusat sama walaupun mempunyai
beberapa sirkel tak akan dapat binasa karena jalannya lingkaran itu tidak
saling berbentrokan, akan tetapi bersamaan, antara alam yang satu memangku alam
yang lain. Jadi berlaku tertib. Persatuan yang demikian itu dapat menghindari
rasa diri dari sifat egoisme maupun individualisme karena yang bersamaan titik
pusatnya itu sudah menyatukan diri yang memiliki sifat suci. Demikianlah
persatuan yang beriradat “suci ngesti tunggal” yang dapat mendatangkan selamat
bahagia buat diri dan tertib damai buat masyarakat.
PUSTAKA
Dewantara, Ki Hajar, Karya Ki Hajar
Dewantara bagian pertama: Pendidikan, Yogyakarta: Yayasan Persatuan Tamansiswa